image

Free Blogger Templates

This is a Multi Color template one page layout provided by TemplatesBlock.com for free of charge. There are 2 background graphics provided in the "images" folder. You may choose the one you like. Enjoy!

Details

Minggu, 31 Oktober 2010

EGOSENTRISME MAHASISWA DALAM BERDEMOKRASI

EGOSENTRISME MAHASISWA DALAM BERDEMOKRASI

Mahasiswa merupakan masa peralihan dimana individu memasuki dunia yang baru dalam kehidupannya yakni kehidupan kampus dan segala aktivitasnya. Mahasiswa dituntut untuk berpikir mandiri, kritis, serta harus mampu melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, berbeda pada zaman SMA dulu yang lebih seperti mesin, terbatas dalam mengembangkan diri. Seperti itu gambaran umum yang saya ketahui mengenai konsep mahasiswa. Persepsi masyarakat tentang mahasiswa pun beragam ada yang berpendapat mahasiswa adalah kaum intelektual dan orang-orang cerdas, adapula yang menyebutkan bahwa mahasiswa adalah agen perubahan bagi bangsa ini. Semuanya adalah persepsi dari masyarakat dan sah-sah saja. Di Indonesia pada umumnya mahasiswa berumur pada kisaran 18-22 tahun, meskipun ada juga yang lebih dari pada batasan usia tersebut. Mahasiswa pada kisaran usia 18-22 tahun, dalam psikologi perkembangan usia tersebut merupakan masa remaja akhir (18-21 tahun) dari kehidupan individu dan Menginjak usia 22 merupakan awal individu memasuki usia dewasa (Desmita, 2006).

Dalam dunianya mahasiswa mempunyai beragam aktivitas. Aktivitas akademik yang meliputi proses perkuliahan dan berbagai macam tugas-tugasya dan aktivitas non akademis meliputi ekstra kurikuler atau unit kegiatan mahasiswa, serta tidak luput dari kegiatan pengabdian masyarakat. Mahasiwa diharapkan mampu mengembangkan potensi dan meraih prestasi dengan semua itu, tidak hanya membuang waktu untuk kegiatan yang sia-sia. Semua ada pada tangan individu masing-masing apa mau maju atau tertinggal. Dalam beragam aktivitas banyak mahasiswa yang terjebak dalam sikap egosentrisme. Menurut David Elkind Sikap egosentrisme yakni kecenderungan remaja untuk menerima dunia (dan dirinya sendiri) dari perspektifnya mereka sendiri. Dalam hal ini remaja mulai mengembangkan suatu gaya pemikiran egosentris, dimana mereka lebih memikirkan tentang dirinya sendiri dan seolah-olah memandang dirinya dari atas ( Desmita, 2006). Saya ambil contoh beragam tindakan unjuk rasa atau demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa sering terlaksana diluar batas-batas aturan yang ditetapkan. Hal-hal tersebut merupakan tindakan yang merugikan banyak pihak, terutama masyarakat. Kita sering melihat di TV, Surat Kabar dan media yang lain Mahasiswa bentrok dengan aparat saat demo ini dan itu, terjadi aksi lempar batu, terjadi pemblokiran jalan, terjadi pembakaran symbol Negara, terjadi penyanderaan mobil dinas dan truk tangki BBM. Semua hal itu Nampak wajar dan biasa saja mereka lakukan, Hal ini memperkuat teori yang dikemukakan sebelumnya bahwa egosentrisme remaja yang berarti disini adalah mahasiswa memang masih melekat dalam implementasi tindakanya. Mahasiswa bertindak atas dasar tuntutan yang mereka ajukan, dan harus segera dikabulkan tuntutannya itulah karakter demonstrasi yang saya amati selama ini, jika tuntutan tidak terpenuhi sering kali mahasiswa melakukan hal-hal yang seperti saya sebutkan, yakni tindakan yang melanggar aturan/norma yang berlaku dan cenderung anarkis. Mahasiwa yang melakukan aksi –aksi tersebut seolah tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan dari tindakan, jika kita melihat berbagai kasus demonstrasi anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa.

Dalam melakukan aksi demonstrasi mahasiswa mempunyai bentuk atau konsep yang unik diterangkan dalam jenis sikap egosentrisme yang mereka miliki. Menurut David Elkind (1976), egosentrisme remaja dapat dikelompokkan dalam dua bentuk pemikiran social—penonton kayalan dan dongeng pribadi. Pertama Penonton khayalan berarti keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sendiri sebagaimana halnya ia memperhatikan dirinya sendiri. Dalam gambaran ini menjelaskan tentang perilaku mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi yakni didasari oleh motif menarik perhatian dan keinginan untuk tampil diatas panggung dan diperhatikan oleh banyak orang. Kedua Dongeng pibadi bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik remaja. Perasaan unik remaja menjadikan mereka merasa bahwa tidak ada seorang pun yang memahaminya (Desmita, 2006).

Dalam memahami aksi demonstrasi yang sering berakhir ricuh yang dilakukan oleh mahasiswa,hal tersebut memang didasari pada sikap egosentrisme yang dimiliki oleh mahasiswa. Hal itu merupakan keadaan internal individu yang dimiliki mahasiswa secara psikologis pada tahap perkembangannya yakni tahap akhir remaja.

Selamet Riyadi
Mahasiswa Fakultas Psikologi Univeristas Muria Kudus
Coordinator HUMAS LMPI (Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia) Jateng 2010-2011

KASIH BERNADA KEHARMONISAN

Dalam setiap genggaman hangatnya
Diri ini terasa nyaman nan terlindungi
jauh dari semua keraguan nan kekhawatiran
yang ada hanyalah rasa kasih nan damai
mengalir kedalam hati mesra

tak ada sedikit rasa pamrih didalam hatinya
untuk terus menjadikan diri ini yang terutama
tetap dalam dekapan hangat tubuhnya
tetap dalam rangkaian mesra senyumnya..

kasih yang dicurahkan
sayang yang di berikan
melebihi batas dari kemampuan firasatku

karena yang ada hanya TULUS DAN IKHLAS

Sabtu, 23 Oktober 2010

TIGA STRATEGI MEWUJUDKAN TIMNAS INDONESIA YANG BERPRESTASI DAN PEDE DIKANCAH INTERNASIONAL

TIGA STRATEGI MEWUJUDKAN TIMNAS INDONESIA YANG BERPRESTASI DAN PEDE DIKANCAH INTERNASIONAL

Ketika mendengar nama timnas Indonesia tentu muncul berbagai impian dan cita-cita yang tinggi dikalangan pecinta sepak bola tanah air untuk turut merasakan prestasi yang membanggakan yang tak kunjung datang. Tahun 1991 timnas Indonesia mampu meraih prestasi dengan merajai kancah persepakbolaan di Asean untuk terakhir kalinya, setelah waktu itu hasil yang nihil untuk meraih prestasi yang membanggakan. Tampaknya dalam benak para pecinta sepak bola tanah air kisah yang paling berkesan adalah pada tahun 2007 saat timnas tampil dalam piala Asia di Jakarta, permainan yang cukup eksplosif dan spirit fighter yang tinggi ditunjukkan oleh timnas Indonesai, meskipun akhirnya timnas Indonesia harus gagal di babak penyisihan group. Hanya kisah itu juga yang masih melekat dalam benak saya, timnas Indonesia saat itu jauh lebih bertenaga dan berkelas daripada yang sekarang ini ditampilkan oleh timnas Indonesia. Apa yang salah dengan timnas kita dan mengapa terjadi seperti ini? Semua itu adalah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh pecinta sepak bola tanah air.
Sebagai pecinta sepak bola tanah air yang begitu merindukan prestasi yang dapat kita banggakan, saya masih menyimpan semangat optimisme kepada timnas Indonesia dimasa mendatang untuk mampu meraih prestasi yang luar biasa dikancah internasional. Semua insan tanah air tentunya wajib mensupport timnas dengan total dan penuh kebanggaan, karena dengan support kepada timnas kita akan membangkitkan motivasi daripada seluruh pemain timnas untuk lebih Pede dan berprestasi lagi. Saya pribadi sebagai seorang pecinta sepak bola tanah air tentunya mempunyai sedikit idea tau gagasan yang mungkin berguna bagi kelangsungan Timnas Indonesia untuk lebih maju dan berprestasi. Ada 3 point penting yang menjadi sorotan utama dalam rangkuman kali ini, yakni tentang pembinaan pemain usia dini, perlunya sparing partner dengan tim kelas dunia dan tersedianya stadion dengan taraf internasional.
Pertama yakni pembinaan pemain usia dini
Jika kita masih mengharapkan pemain-pemain yang sekarang ini bermain di timnas untuk meraih prestasi lebih dikancah regional dan dunia tampaknya akan sulit terwujud. Karena begitu kentara dan itu itu saja pola permainan yang ditampilkan oleh pemain timnas kita. Disamping factor usia, kualitas pemain-pemain Indonesia yang sekarang sudah mentok seperti itu. Saatnya dalam era sekarang ini kita lebih baik focus kepada program jangka panjang yang lebih realistis dan efektif yakni pembinaan pemain usia dini. Program ini dapat dilakukan dengan membentuk timnas U16, U21, U 23 seperti yang sekarang telah dikerjakan oleh PSSI selaku yang “mempunyai” olah raga sepak bola di Indonesia. Tentunya baik program ini bila bisa terlaksana dengan efektif dan efisien, bukan hanya sekedar program jangka pendek dan terkesan seperti proyek belaka yang tak tau hasilnya sampai dimana. Dalam membina pemain usia dini PSSI tentu mempunyai konsep yang matang dan jelas untuk masa depan timnas Indonesia. Bagi saya yang terpenting adalah tanggung jawab extra untuk mewujudkan sebuah program jangka panjang tersebut serta adanya pengawasan yang professional dari pihak terkait untuk program jangka panjang itu. Karena semua untuk kemajuan timnas Indonesia bukan untuk kemajuan dan kebanggaan perseorangan atau golongan. Disamping dengan adanya pembentukan timnas dengan bebagai macam gradasi usia, perlu juga suatu pembinaan pemain usia dini di tingkat klub. Hal ini menurut saya akan memberikan efek yang positif untuk kemajuan timnas Indonesia dimasa mendatang apabila dikerjakan dengan benar dan profesioanal. Kita dapat melihat contoh klub-klub didaratan eropa yang membina pemain sejak usia dini dan kemudian terlahir menjadi pemain hebat. Misalkan kita contohkan Cesc Fabregas dari Spanyol yang merupakan didikan tim Barcelona junior yang sekarang menjadi kapten the Gunners Arsenal merupakan kekuatan vital dari tim tersebut dilini tengah, selain berperan dalam klub pemain satu ini juga termasuk pemain super sap dalam timnas Spanyol yang kemarin baru saja menjuarai Piala dunia. Tentunya masih banyak pemain yang dibina sejak dini dan berhasil. Apa kita hanya diam saja melihat Negara-negara lain berhasil dengan pemian mudanya dan pembinaan usia dini??
Kedua, perlunya sparing partner dengan tim kelas dunia
Pengalaman merupakan salah satu factor dalam mencapai kemajuan sebuah tim. Dengan berbekal pengalaman, timnas telah menjalani sebuah proses belajar memahami permainan sepak bola yang baik, sehingga diharapkan untuk menciptakan pola permainan yang konsisten dan bagus. Pengalaman bertanding timnas selain didapatkan dari keikutsertaaan dalam even/kejuaraan tingkat regional atau internasional, juga didapatkan dari pertandingan uji coba yang dilakukan oleh timnas. Dalam hal ini pertandingan uji coba timnas perlu digalakkan dengan ketentuan kualitas dan kuantitas tepat dan proporsional. Tentunya masih ingat dalam benak kita pertandingan uji coba antara timnas Indonesia melawan timnas Uruguay yang baru saja berlalu, ketika itu timnas kita dihantam 7-1 di Jakarta. Sungguh ironis bila saya berpendapat bukan jumlah angka yang terpampang dipapan skor yang membuat saya malu dan merasa rendah, melainkan kualitas permainan yang sangat buruk sepanjang 90 menit sepengetahuan saya hanya ada 2 tendangan kegawang timnas Uruguay dan selebihnya kita mayoritas menjadi bulan-bulanan serangan dari Timnas Uruguay. Permainan yang terlalu defensive dan cenderung tanpa kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini ditunjukkan pemain timnas Indonesia yang banyak melakukan kesalahan-kesalahan dasar seperti salah pasing dan koordinasi. Semua telah terjadi segera kita lupakan yang terpenting sekarang bagi timnas Indonesia adalah mengambil pelajaran dari apa yang telah dilakoninya untuk kedepan lebih baik. Tentunya pertandingan ujicoba yang dilakoni oleh timnas dilaksanakan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat agar dapat menjadikan timnas Indonesia menjadi lebih baik dalam segi permainan. Saya pribadi berpendapat bahwa selama ini timnas Indonesia kurang sering dalam mengadakan pertandingan uji coba, lebih-lebih dengan tim kelas dunia. Sehingga pengalaman yang didapat dari timnas Indonesia sangat minim sekali. kalau kita membandingkan dengan Negara tetangga kita Malaysia kita kalah dalam mangadakan pertandingan ujicoba dengan tim-tim kelas dunia. Sungguh ironis bagi saya kenyataan ini terjadi disaat kita punya semangat memajukan sepak bola tanah air. Pendapat pribadi saya mengatakan setidaknya dalam setahun timnas Indonesia mampu mengadakan minimal 4 kali bertanding dengan tim kelas dunia atau yang levelnya diatas timnas kita secara kualitas dan peringkat fifa misalnya Brazil, argentina, spanyol, korea, japan dll. Hal ini perlu digalakkan agar dalam perjalanannya timnas Indonesia mendapat pelajaran berharga untuk lebih baik.
Ketiga, tersedianya stadion dengan taraf internasional
Masih jelas teringat dalam benak saya komentar pelatih timnas Indonesia Alfred ridel yang berkomentar bahwa stadion siliwangi lebih cocok untuk bertanam kentang daripada bermain sepak bola. Satu statement yang cukup menggelikan bagi saya pribadi dan mungkin para pecinta sepak bola tanah air. Untuk laga internasional yang nota bene kita mengundang timnas maladewa, kita seakan tidak mempunyai tempat yang layak untuk bermain bola ditambah lapangan kering dan tidak rata mengakibatkan jalanya pertandingan tidak seperti yang diharapkan. memang benar stadion dan segala fasilitasnya bukan merupakan satu-satunya factor yang menentukan kualitas permainan sebuah tim, tetapi saya yakni factor stadion dan fasilitasnya merupakan factor pendukung yang cukup penting untuk mewujudkan kualitas permainan yang bagus. Kita sebagai Negara asia tidak perlu jauh-jauh meniru stadion yang ada dibenua biru, cukup kita melihat dan meniru stadion yang ada di sesama Negara asia yakni jepang dan korea yang memiliki banyak stadion bertaraf internasional yang digunakan untuk pagelaran piala dunia 2002 dengan sukses. Semua itu layak disebut stadion dan layak digunakan untuk bermain bola, tidak seperti stadion siliwangi Bandung dan Manahan Solo yang pada waktu itu digunakan untuk final piala Indonesia antara Arema dan Sriwijaya Fc yang menurut saya tidak layak untuk menggelar pertandingan besar.
Dengan ketiga strategi diatas, apabila dijalankan dengan professional dan tanggung jawab menurut hemat saya akan membawa manfaat yang luar biasa bagi timnas Indonesia. Tentunya program-program teersebut bukan semudah membalikan telapak tangan, lain daripada itu banyak hambatan dan butuh perjuangan yang extra keras untuk mewujudkan hal itu. Sebagai pecinta sepak bola tanah air, kita sudah sapantasnya memberikan support kepada perjunagan timnas Indonesia dimanapun berada. Karena timnas Indonesia adalah milik kita semua warga Indonesia dan Kita Pasti BISA.

Selamet Riyadi
Mahasiswa semester V Fak. Psikologi Universitas Muria Kudus

Rabu, 13 Oktober 2010

"keserasian dalam keharmonisan"

sajak indah terpancar lewat alunan
menggema bertabur kata dan nada
memancar memesona dengan segala keistimewwaanya
manja mengutara
elok bersemayam dada
memancing keindahan alami
tiada henti-hentinya memberikan ketakjuban

alangkah semakin manja diri ini
mendengar dentuman mesra yang terucvap

dengan segala kebesaran makna
diri ini senantiasa
menikmati keindahan dan makna