image

Free Blogger Templates

This is a Multi Color template one page layout provided by TemplatesBlock.com for free of charge. There are 2 background graphics provided in the "images" folder. You may choose the one you like. Enjoy!

Details

Sabtu, 24 Juli 2010

tanggung jawab siapa??LINGKUNGAN

PEMILAHAN SAMPAH TANGGUNG JAWAB SIAPA???
Oleh : Selamet Riyadi ( 2008.60.013)
Mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus

Dalam artikel ini saya sebagai penulis ingin membahas suatu hal tentang sampai dimana kesadaran sikap masyarakat peduli terhadap pemisahan sampah di lingkungan rumah tangga. Pemisahan sampah disini berarti memisahkan sampah kering dan basah di dalam rumah tangga. Hal ini dilakukan agar mempermudah dalam pendaur ulangan di TPA atau yang lain. Sebelum masuk pada pembahasan tentang bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pemisahan samaph ini, kita perlu mengetahui tentang berbagai macam teori tentang sampah, pengolahan dan jenis sampah itu sendiri.
Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomi (E. Colink, 1996). Sampah memang merupakan barang yang sudah tidak dianggap berharga oleh sebagian besar masyarakat, Karena memang sudah tidak terpakai dan dibuang. Sampah jika ditinjau dari segi jenisnya diantaranya yaitu mengutip dari www. Biologi Online, Slamet riyanto dkk UMM :
1. Sampah yang dapat membusuk atau sampah basah (garbage). Garbage adalah sampah yang mudah membusuk karena aktifitas mikroorganisme pembusuk.
2. Sampah yang tidak membusuk atau sampah kering (refuse). Sampah jenis ini tidak dapat didegradasikan oleh mikroorganisme, dan penanganannya membutuhkan teknik yang khusus. Contoh sampah jenis ini adalah ketas, plastik, dan kaca,
3. Sampah yang berupa debu atau abu. Sampah jenis ini biasanya hasil dari proses pembakaran. Ukuran sampah ini relatif kecil yaitu kurang dari 10 mikron dan dapat memasuki saluran pernafasan.
4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan Sampah jenis ini sering disebut sampah B3, dikatakan berbahaya karena berdasarkan jumlahnya atau konsentrasinya atau karena sifat kimiawi atau fisika atau mikrobanya dapat:
1. Meningkatkan mortalitas dan mobilitas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak reversibel ataupun sakit berat tidak dapat pulih ataupun reversibel atau yang dapat pulih. Berpotensi menimbulkan bahaya pada saat ini maupun dimasa yang akan datang terhadap kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik. Sampah yang masuk dalam tipe ini tergolong sampah yang beresiko menimbulkan keracunan baik manusia maupun fauna dan flora di lingkungan tersebut, Slamet (1994).
Dengan berbagai macam jenis sampah tersebut, sampah sangatlah kompleks adanya di lingkungan dan perlu kecerdasan dalam mengelola sampah, sehingga tidak menimbulkan masalah lingkungan dan sosial. Jika disebutkan diatas bahwa ada berbagai macam jenis sampah, tentunya dalam perlakuaanya pun ada perbedaan dalam pengolahannya. Ada berbagai macam pengolahan sampah yang bisa dilakukan yakni penumpukan, pengkomposan, pembakaran, pangan dan makanan ternak. Tentunya masih ada cara – cara lain untuk mengolah sampah, terutama dilingkungan rumah tangga yang cukub besar berperan dalam pengolahan sampah sebelum sampai di TPA. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius dari kita semua Karena rumah tangga adalah awal dari pengolahan sampah itu sendiri, apabila dalam rumah tangga sendiri terjadi kekeliruan atau kekurang tahuan bagaimana caranya mengelola, akan menyebabkan masalah yang cukup besar dalam pengolahan sampah selanjutnya. Oleh karena hal itu saya sebagi penulis membahas masalah ini, karena bagi saya penting dalam pengelolaan lingkungan hidup khususnya masalah sampah dan pengolahanya. Tentunya para pembaca bertanya mengapa perlu dipisahkan antara sampah kering dan basah? hal ini dilakukan agar dapat mempermudah dalam proses pengolahan sampah selanjutnya dan tidak tercampur antara sampah basah dan kering. Sehingga sampah mudah untuk apa itu didaur ulang atau dijadikan kompos. Hal ini akan mempermudah dalam pengolahan sampah tersebut. Hal itulah sebenarnya yang menjadi tujuan mengapa perlu adanya pemisahan sampah basah dan kering.
Setelah kita mengetahui hal tersebut pastinya kita akan bertanya bagaimana dengan masyarakat kita dalam rumah tangganya, apakah sudah melakukannya?? Sulit kita melihat seberapa besar masyarakat kita yang melakukan hal tersebut tanpa adanya penelitian dan data kongkrit. Mengutip pada hasil penelitian dari www.biologi online yang dilakukan oleh slamet Riyanto Dkk, Mahasiswa Universitas Muhammdiyah Malang dengan judul korelasi antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pemilahan sampah kering dan basah di desa pendem kecamatan junrejo kota batu, menemukan sebanyak warga yang tidak pernah memilah sampah adalah sebesar 66,67 % , kadang –kadang sebesar 10, 42 %, sering sebesar 7, 29 % dan selalu sebesar 15, 63 %. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya perilaku masyarakat yang mau dan peduli dalam pemisahan sampah rumah tangganya. Hal ini jika tetap dibiarkan dalam kurun waktu yang lama dan terus menerus tanpa adanya perhatian dari kita semua tentu akan menimbulkan akibat yang dapat berdampak pada kualitas pengolahan sampah di TPA. Bukan hal itu saja banyak akibat yang akan ditimbulkan misalnya sulit didaur ulang sampah, membusuknya sampah, menambah beban pekerjaan di TPA sehingga melambatkan proses pengolahan sampah, menimbulkan bau tidak sedap dll.
Sesungguhnya siapa yang bertanggung jawab dalam hal ini untuk kualitas lingkungan kita yang sehat dan baik khususya dalam pengolahan sampah, kita semua adalah pihak –pihak yang turut bertanggung jawab akan hal ini Karena masalah sampah adalah masalah bersama. Pemerintah, masyarakat dan pihak perusahaan swasta perlu memberikan perhatian yang penuh pada langkah awal yang bagus ini dalam pemisahan sampah di rumah tangga. Ada sedikit usulan dari penulis dalam hal ini untuk memberikan perhatian pada pemisahan sampah kering dan basah dalam rumah tangga. Pihak pemerintah dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat bagaimana untuk mengolah sampah rumah tangga secara baik, misalnya dengan diskusi, penyuluhan oleh dinas kesehatan setemapat tentang bagaimana cara dan manfaatnya memisahkan sampah kering dan basah, menginisiasi tentang nilai ekonomis sampah yang tidak terpakai, misalnya melakukan daur ulang sampah menjadi sesuatu yang lebiih bernilai ekonomis yakni kompos, souvenir, barang-barang unik yang bisa dijual. Masyarakat juga harus peduli dan sadar akan hal ini karena sampah merupakan produk buangan yang dihasilkan oleh rumah tangga mereka, dengan turut aktif mencari informasi dan inovasi dalam pengolahan sampah khususnya melakukan pekerjaan pemisahan sampah. Sedikit yang bisa saya sampaikan dalam penulisan artikel ini semoga dengan adanya tulisan ini akan dapat bermanfaat untuk kita semua dan lebih bijak dalam mengolah sampah rumah tangga khususnya.






DAFTAR PUSTAKA
 E. Coling. 1986. Istilah Lingkungan Untuk Manajemen.
 Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
 Slamet Riyanto dkk mahasiswa UMM dalam Penelitian korelasi antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pemilahan sampah kering dan basah di desa pendem kecamatan junrejo kota batu ( www.biologi online 29 Juni 2010)

Selasa, 13 Juli 2010

sebuah tanggung jawab kita bersama dalam memaknai penggunaan air


Penghematan dan perawatan sumber air wujud tanggung jawab kita bersama
Penulis : Siti Rochmah Maulida
NIM : 2008.60.004
Secara substansial, kearifan lokal itu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah-laku sehari-hari masyarakat setempat. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai ‘kearifan/kebijaksanaan’(dalam Nurma, 2007). Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat (local wisdom) sudah ada di dalam kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman pra-sejarah hingga saat ini, kearifan lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat (Wietoler, 2007), yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, perilaku ini berkembang menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan berkembang secara turun-temurun, secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya yang berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku-suku bangsa yang tinggal di daerah itu.
Pada pembahasan kali ini akan dikaji secara khusus contoh kasus tentang pemanfaatan dan pengelolaan air yang dilakukan oleh warga gunung kidul pada umumnya, yang begitu tekun memanfaatkan air dengan prinsip-prinsip penghematan dan perawatan sumber-sumber mata air disekitarnya. Secara umum warga gunung kidul memasukkan aturan pada perawatan dan penghematan air didalam aturan adat didaerah tersebut, jadi inilah yang menjadi dasar masyarakat sekitar dalam merawat sumber air, menghemat air dan memberikan perhatian penuh pada pelestarian sumber-sumber air didaerah gunung kidul. Pada contoh kasus dibawah ini penulis mengambil contoh kasus yang didapatkan dari salah satu artikel Petrasa Wacana
Pusat Studi Manajemen Bencana  Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta di Website UPN Jogjakarta.
Didaerah Gunung Kidul masyarakat sudah hidup selama bertahun-tahun dengan kondisi wilayah yang kekeringan dan kekurangan air walaupun memiliki cadangan air bawah permukaan yang sangat besar jumlahnya, faktor geologis pada wilayah ini sebagai kawasan batugamping yang mengalami proses pelarutan, mengakibatkan pada bagian permukaan kawasan ini merupakan daerah yang kering, masyarakat memanfaatkan sumber-sumber air dari telaga-telaga kars dan gua-gua yang memiliki sumber-sumber air. Kearifan lingkungan masyarakat Gunung Kidul dalam mengelola lingkungannya dilakukan secara bergotong royong untuk menjaga sumber-sumber air yang ada dengan melakukan perlindungan dan membuat aturan-aturan adat yang memberikan  larangan-larangan kepada masyarakat ayang memberikan penilaian negatif dari dampak yang akan ditimbulkan bila tidak dilakukan, untuk dapat menjaga dan mengelola sumber-sumber air yang ada. Kebudayaan lokal pada suatu daerah harus tetap dijaga kelestariannya agar kondisi alamiah dari lingkungannya tetap terjaga, banyak program-program pemerintah yang dilakukan di wilayah Gunung Kidul dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air bawah permukaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di seluruh wilayah Gunung Kidul, tapi program-program yang telah dijalankan oleh pemerintah tidak menjadikan budaya lokal masyarakat sebagai referensi dalam menjalankan program pembangunan di wilayah ini, kawasan kars memiliki karateristik yang berbeda dari kondisi wilayah lainnya, proses pelarutan yang terjadi mengakibatkan adanya perubahan karakteristik dari batugamping, banyak pembangunan infrastruktur sistem perpipaan yang seharusnya dapat menyuplai kebutuhan air untuk masyarakat menjadi tidak berfungsi pada waktu tertentu akibat dari penyumbatan-penyumbatan aliran pipa yang di sebabkan oleh adanya proses pelarutan, pada batuan yang di lewati sumber airnya.
Banyak danau-danau kars yang tidak dapat berfungsi lagi akibat adanya pembangunan waduk di sekitar danau dan dilakukan pengerukan untuk memperdalam tampungan air dengan asumsi akan dapat menambah jumlah persediaan air, tapi justru hal ini harus di bayar mahal dengan hilangnya atau tidak berfungsinya danau akibat dari hilangnya sumber air yang ada masuk ke bawah permukaan melalui rekahan-rekahan batuan hal ini disebabkan oleh hilangnya lapisan lumpur (terarosa) yang berfungsi sebagai penahan air. Sehingga banyak sistem perpipaan dan penampung air yang dibangun hanya menjadi sebuah monumen yang tidak dapat berfungsi. Sejak zaman dahulu masyarakat di wilayah Gunung Kidul telah hidup dalam kondisi kekeringan, namun mereka punya cara tersendiri untuk beradaptasi dengan alam di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk kebutuhan sehari-hari dan lahan pertanian, ini terus berlangsung hingga sampai saat ini walaupun banyak orang yang sudah mulai meninggalkannya untuk mencari penghidupan di tempat lain yang biasanya di kota-kota besar, tetapi masyarakat di Kawasan Kars Gunung Kidul tetap melakukan kearifan lingkungan yang sudah menjadi budaya lokal yang masih tetap dikembangkan oleh masyarakat setempat. Banyak kearifan lingkungan di wilayah ini yang menjadi program bagi masyarakat untuk mengelola lingkungan dan sumberdaya air serta untuk mengembangkan pariwisata di kawasan kars baik wisata alam maupun wisata minat khusus gua.
Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pengelolaan kawasan lingkungan di kawasan kars dapat menjadi pelajaran bagi kita bersama dalam mengembangkan pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat untuk menjadi lebih baik. Kebudayaan masyarakat dan kearifan lingkungan masyarakat menjadi pilar utama dalam pengelolaan lingkungan kawasan kars berkelanjutan yang harus didorong bersama oleh masyarakat dan pemerintah dalam menata lingkungan dan sumberdaya air sehingga menjadi lebih baik.
Demikianlah dari sedikit yang bisa disampaikan penulis dalam ertikel ini, banyak manfaat yang didapatkan apabila kita membaca artikel dengan penuh perhatian dan pemahaman. Manfaat yang didapat adalah kita seharusnya sadar akan pemanfaatan sumber daya alam khususnya air, mungkin didaerah kita sekarang air begitu berlimpah dan tumpah ruah dengan kebnaykan asumsi orang tanpa batas dan tiada habis. Itulah sebagian opini atau pola pikir masyarakat yang pada umumnya terbangun. Mereka tidak sadar bahwa sumer air lama kelamaan akan berkurang seiring dengan begitu padatnya permukiman, penggalian galian C, penambangan liar, pemborosan air, global warming dan masih banyak yang lain penyebabnya. Oleh Karena begitu banyak manfaat dari air yang kita dapatkan untuk kelangsungan hidup kita,  sudah sewajibnya kita sebagai umat manusia yang mempunyai tanggung jawab moral dan sosial kepada generasi penerus kita untuk selalu memanfaatkan air dengan bijaksana dan tidak boros penggunaanya. Bersama-sama membangun kesadaran untuk melakukan aksi yang sederhana tetapi mempunyai manfaat besar bagi kehidupan dimasa datang untuk generasi penerus kita yang akan datang. Jika kita menilik pada daerah-daerah lain yang begitu riskan akan bencana kekeringan yang terus melanda, tentunya kita juga ikut merasakan itu sebagai pembelajaran kepada kita semua untuk perilaku kita dimasa yang akan datang.

















DAFTAR PUSTAKA
·        Nurma, ali Ridhwan. 2007. Landasan keilmuan kearifan lokal ( IBDA). Purwokerto.
·        Website :Petrasa Wacana Pusat Studi Manajemen Bencana  Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta. 29 Juni 2010.